Geologi Turki: Mengupas Fenomena Gempa dan Tsunami

Notulen: Taufiq Kurniawan & M. Akbar Angkasa


Narasumber: M. Arief Akbar, M.Sc Alumni Istanbul Technical University Dosen Teknik Geologi, Universitas Syiah Kuala Moderator: Muhammad Ikram

Turki merupakan sebuah negara yang tergolong kedalam negara rawan gempa. Secara geografis Turki berada di atas tiga sesar/patahan utama. Diantaranya North Anatolian Fault (sesar anatolia utara) yang mencakup wilayah Istanbul, Kocaeli dan sekitarnya; East Anatolian Fault (sesar anatolia timur) yang mencakup wilayah Van dan sekitarnya; dan Eagea Fault (sesar eagea) yang mencakup wilayah Izmir, Denizli dan sekitarnya.

Pada abad 20 gempa terparah pernah melanda Turki pada tahun 1999 di wilayah Kocaeli yang mana gempa tersebut menyebabkan ribuan korban jiwa. Pada tahun 2011 gempa juga terjadi di timur Turki tepatnya di kota Van. Pada tanggal 30 Oktober 2020 gempa juga terjadi di Kota Izmir dengan kekuatan 6.6 SL (7.0 SL versi US Geological Survey) yang mana gempa tersebut juga turut dirasakan di wilayah Turki lainnya, sebagian wilayah negara Yunani dan sebagian wilayah negara Bulgaria. Dalam ilmu Geologi ada tiga jenis pergeseran lempeng pada saat terjadinya gempa tektonik. Diantaranya Divergent (lempeng saling menjauh), Convergent (lempeng saling mendekat) dan Transform (lempeng bergesek sejajar dengan berlawanan arah). Gempa yang terjadi di kota Van 2011 dan Kocaeli 1999 merupakan gempa yang berjenis Transform, gempa Aceh 2004 berjenis Convergent dan gempa Izmir 2020 berjenis Divergent. Izmir merupakan salah satu kota besar di Turki yang berada di wilayah laut Eagea (barat daya Turki). Laut Eagea merupakan wilayah tempat bertemunya lempeng Helenik dan lempeng Afrika. Pada tahun 1950 di wilayah ini juga pernah terjadi gempa dan tsunami akibat pergeseran kedua lempeng tersebut. Pada hari ini Izmir merupakan salah satu kota terbesar di Turki setelah Istanbul dan Ankara berdasarkan kepadatan penduduk. Maka robohnya belasan bangunan serta meninggalnya puluhan orang pada gempa Izmir pada tahun 2020 dapat dikatakan bahwasanya kualitas bangunan yang ada di kota Izmir sudah dianggap bagus. Karena gempa yang terjadi di kota Van pada tahun 2011 menyebabkan bangunan yang roboh lebih banyak, hal ini disebabkan oleh minimnya kualitas bangunan yang ada di kota Van pada saat itu. Gempa merupakan sebuah fenomena alam yang tidak bisa kita hindari, namun kita bisa melakuakan beberapa pencegahan. Efek gempa terbagi dua yaitu primery effect dan secondary effect. Biasanya secondary effect inilah yang menyebabkan korban jiwa seperti robohnya bangunan dan Tsunami. Di Jepang usaha yang dilakukan untuk menghindari secondary effect tersebut diantaranya membangun bangunan anti gempa dan dinding penahan ombak tsunami di bibir pantai. Meski demikian pada pencegahan ini juga bisa terjadi kekeliruan dan kesalahan perhitungan. Kesalahan ini menyebabkan banyaknya korban jiwa pada gempa dan tsunami Jepang pada tahun 2011. Gempa Aceh 2004 merupakan gempa terparah yang pernah terjadi pada abad 20. Gempa ini terjadi akibat pergeseran lempeng di samudra hindia yang berjenis Convergent. Pulau Sumatera memiliki dua sesar yaitu Sumatra Fault (sesar sumatera) yang berada di daratan dan Sunda Megatrust (zona subduksi selat sunda) yang berada di sepanjang samudra hindia. Gempa yang terjadi di Pidie Jaya Aceh pada tahun 2016 merupakan gempa yang berjenis transform (datar) pada sesar sumatera. Meski tidak berpotensi tsunami gempa ini banyak menyebabkan kehancuran bangunan karena pusat gempa berada di darat. Berbeda dengan gempa Aceh 2004 yang berpusat di laut. Pada tahun 2020 sekelompok peneliti geologi dari Nanyang Technological University dari Singapura datang ke Aceh untuk melakukan penelitan tentang sejarah Tsunami di Aceh. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa dibeberapa lapisan tanah di Aceh terdapat beberapa lapisan lumpur yang berasal dari laut dalam. Lapisan lumpur yang paling atas diperkirakan berasal dari tsunami yang terjadi sekitar 2.900 tahun yang lalu dan lapisan lumpur yang paling bawah diperkirakan berasal dari tsunami yang terjadi sekitar 7.000 tahun yang lalu. Jarak usia antar lapisan lumpur tersebut bervariasi, ada yang 100 tahun, 200 tahun, 400 tahun hingga 2000 tahun. Dari hasil penelitian ini kita bisa menyimpulkan bahwa kita tidak bisa memprediksikan kapan akan terjadinya gempa dan tsunami. Sebab jarak tahun antara peristiwa-peristiwa tsunami yang telah terjadi itu bervariasi. Peristiwa gempa Aceh 2004 memakan banyak korban jiwa. Hal ini disebabkan oleh secondary effect yaitu robohnya bangunan dan tsunami. Dilihat dari struktur bangunan, pembangunan gedung-gedung di Aceh masih jauh dari standar anti gempa. Terutama wilayah Banda Aceh dan sekitarnya memilki struktur tanah Aluvial (liat), hal ini menyebabkan lemahnya pondasi suatu bangunan. Sedangkan gempa Izmir 2020 hanya merobohkan 17 bangunan saja. Robohnya 17 bangunan pada gempa yang terjadi di kota yang padat penduduk seperti Izmir bisa dikatakan bahwa gempa ini tidak terlalu banyak membuat kerusakan material. Hal ini disebabkan oleh regulasi pembangunan gedung anti gempa di kota-kota besar di Turki. Maka ada dua kemungkinan penyebab robohnya 17 gedung tersebut. Pertama usia gedung yang tua dan kedua pembagunan gedung tidak sesuai dengan standar regulasi yang berlaku. Untuk menghindari dari resiko hancurnya bangunan akibat gempa, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Diantaranya: bila memilih gedung yang tinggi, maka pilihlah gedung tinggi dengan dinding lantai bawahnya full beton; Jangan mudah tergiur dengan apartemen yang harga nya murah, karena apartemen yang harga murah biasa nya usia bangunannya tua; buatlah rumah dengan struktur dan pondasi yang kuat; dan menghindari penggunaan  material dibawah standar pada pembagunan perumahan. Pada sesi tanya jawab, seorang mahasiswa bernama Abiyu bertanya: sepanjang sejarah Aceh telah dilanda tsunami beberapa kali, apakah ada pencegahan yang dilakukan oleh nenek moyang orang Aceh? Jawabannya: di sebagian tempat ada, misalnya jumlah korban di Wilayah Simeulue pada tsunami 2004 sangat sedikit, hal ini disebabkan karena kebanyakan masyarakat Simeulue seusai gempa langsung lari ke wilayah permukaan tinggi. Mereka tahu dari nenek moyang mereka bahwa akan terjadi ombak besar sesudah gempa. Informasi demikian terus disampaikan dari generasi ke generasi. Pertanyaan kedua tanyakan oleh Martunus, pertanyaannya: Banyak Engineer dan Kontraktor ditangkap usai gempa di Izmir, bagaimana regulasi pembagunan bangunan di Turki. Jawabanya : Regulasi pembangunan di Turki sebenarnya sudah bagus, namun permasalahan itu pada praktek lapangannya, sebab sebagian kontraktor mengabaikan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Disisi lain terkadang masalah juga berasal dari pemerintah itu sendiri, karena pada pembagunan beberapa gedung terjadinya lepas kontrol dari pemerintah. Selain masalah regulasi pendirian bangunan, masalah juga pada sumber daya manusia, sebab di Turki itu sendiri untuk menjadi seorang kontraktor tidak mesti lulusan Engineering. Hal ini juga menjadi faktor yang mengurangi kualitas bangunan yang dibangun. Pernyataan terakhir dari Bapak Darwin Harun: kenapa gempa Aceh 2004 ada gedung bertingkat yang longsor beberapa lantai kedalam tanah, sementara gedung disebelahnya tidak longsor kedalam tanah, apa salah kontraktor atau ada hal lainnya? Jawabannya: Di Aceh itu sering terjadinya salah perhitungan kekuatan tiang dan pondasi pada pembagunan gedung bertingkat, maka gedung tersebut tidak tahan akan gempa. Selain itu pada saat gempa 2004 terjadi, Aceh masih di landa konflik, makanya pembangunan gedung-gedung tinggi sering tidak melibatkan para engineer. Mengenai longsor, itu bersumber dari struktur dan kekuatan tanah. Sebab wilayah Banda Aceh memiliki struktur tanah Aluvial, yang mana tanah ada yang kuat dan ada yang tidak. Maka dari itu para Engineer harus tau struktur dan kekuatan tanah sebelum membangun bangunan.
Ini merupakan rilis dari “Diskusi Virtual #7 – Geologi Turki: Mengupas Fenomena Gempa dan Tsunami”. Saksikan terus program diskusi dari Bale Institute! Jangan lupa ikuti kami di: Instagram https://www.instagram.com/baleinstitute/ Twitter https://twitter.com/BaleInstitute Facebook https://www.facebook.com/baleinstitute  

Artikel Terbaru

Artikel Terkait